Selasa, 01 Maret 2016

Struktur Tata Ruang

Definisi Struktur Ruang

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan ataupun tidak. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.

Adapun elemen-elemen yang membentuk struktur ruang kota (Sinulingga, 2005: 97, yaitu
  • Kumpulan dari pelayanan jasa termasuk di dalamnya perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung terdistribusi secara berkelompok dalam pusat pelayanan. 
  • Kumpulan dari industri sekunder (manufaktur) pergudangan dan perdagangan grosir yang cenderung untuk berkumpul pada suatu tempat. 
  • Lingkungan permukiman sebagai tempat tinggal dari manusia dan ruang terbuka hijau. 
  • Jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga tempat di atas.
Bentuk dan model struktur ruang
Bentuk struktur ruang kota apabila ditinjau dari pusat pelayanan (retail) terbagi menjadi tiga, yaitu (Sinulingga, 2005:103-105)

1. Monocentric city

Monocentric city adalah kota yang belum berkembang pesat, jumlah penduduknya belum banyak, dan hanya mempunyai satu pusat pelayanan yang sekaligus berfungsi sebagai CBD (Central Bussines District).

2. Polycentric city
Perkembangan kota mengakibatkan pelayanan oleh satu pusat pelayanan tidak efisien lagi. Kota-kota yang bertambah besar membutuhkan lebih dari satu pusat pelayanan yang jumlahnya tergantung pada jumlah penduduk kota. Fungsi pelayanan CBD diambil alih oleh pusat pelayanan baru yang dinamakan sub pusat kota (regional centre) atau pusat bagian wilayah kota. Sementara itu, CBD secara berangsur-angsur berubah dari pusat pelayanan retail (eceran) menjadi kompleks kegiatan perkantoran komersial yang daya jangkauan pelayanannya dapat mencakup bukan wilayah kota saja, tetapi wilayah sekeliling kota yang disebut juga wilayah pengaruh kota.

CBD dan beberapa sub pusat kota atau pusat bagian wilayah kota (regional centre) akan membentuk kota menjadi polycentric city atau cenderung seperti multiple nuclei city yang terdiri dari: 
  • CBD, yaitu pusat kota lama yang telah menjadi kompleks perkantoran 
  • Inner suburb (kawasan sekeliling CBD), yaitu bagian kota yang tadinya dilayani oleh CBD waktu kota belum berkembang dan setelah berkembang sebagian masih dilayani oleh CBD tetapi sebagian lagi dilayani oleh sub pusat kota 
  • Sub pusat kota, yaitu pusat pelayanan yang kemudian tumbuh sesuai perkembangan kota 
  • Outer suburb (pinggiran kota), yaitu bagian yang merupakan perluasan wilayah kegiatan kota dan dilayani sepenuhnya oleh sub pusat kota 
  • Urban fringe (kawasan perbatasan kota), yaitu pinggiran kota yang secara berangsur-angsur tidak menunjukkan bentuk kota lagi, melainkan mengarah ke bentuk pedesaan (rural area)
3. Kota metropolitan
Kota metropolitan adalah kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit yang terpisah cukup jauh dengan urban fringe dari kota tersebut, tetapi semuanya membentuk satu kesatuan sistem dalam pelayanan penduduk wilayah metropolitan.
Adapun model struktur ruang apabila dilihat berdasarkan pusat – pusat pelayanannya diantaranya: 
1. Mono centered 
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat yang tidak saling terhubung antara sub pusat yang satu dengan sub pusat yang lain. 
2. Multi nodal 
Terdiri dari satu pusat dan beberapa sub pusat dan sub sub pusat yang saling terhubung satu sama lain. Sub sub pusat selain terhubung langsung dengan sub pusat juga terhubung langsung dengan pusat. 
3. Multi centered 
Terdiri dari beberapa pusat dan sub pusat yang saling terhubung satu sama lainnya. 
4. Non centered 
Pada model ini tidak terdapat node sebagai pusat maupun sub pusat. Semua node memiliki hirarki yang sama dan saling terhubung antara yang satu dengan yang lainnya.
 
Model Struktur Ruang 
Sumber : Sinulingga 2005 
Selain itu beberapa penulis juga menggolongkan tipologi struktur sebagai gambar berikut:
 
Tipologi Struktur Ruang 
Sumber : Wiegen (2005) 
Pengertian pusat dan sub pusat pelayanan kota
Pusat kota merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial budaya, ekonomi, dan teknologi. Jika dilihat dari fungsinya, pusat kota merupakan tempat sentral yang bertindak sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah di belakngnya, mensuplainya dengan barang-barang dan jasa-jasa pelayanan, jasa-jasa ini dapat disusun menurut urutan menaik dan menurun tergantung pada ambang batas barang permintaan. Pusat kota terbagi dalam dua bagian:
  • Bagian paling inti (The Heart of The Area) disebut RBD (Retail Business District) Kegiatan dominan pada bagian ini antara lain department store, smartshop, office building, clubs, hotel, headquarter of economic, civic, political. 
  • Bagian diluarnya disebut WBD (Whole Business District) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi dalam jumlah yang besar antara lain pasar dan pergudangan.
Sedangkan menurut Arthur dan Simon (1973), pusat kota adalah pusat keruangan dan administrasi dari wilayahnya yang memiliki beberapa ciri, yaitu 
  • Pusat kota merupakan tempat dari generasi ke generasi menyaksikan perubahan-perubahan waktu. 
  • Pusat kota merupakan tempat vitalitas kota memperoleh makanan dan energi, dengan tersebarnya pusat-pusat aktivitas seperti pemerintahan, lokasi untuk balai kota, toko-toko besar, dan bioskop. 
  • Pusat kota merupakan tempat kemana orang pergi bekerja, tempat ke mana mereka ”pergi ke luar”. 
  • Pusat kota merupakan terminal dari pusat jaringan, jalan kereta api, dan kendaraan umum. 
  • Pusat kota merupakan kawasan di mana kita menemukan kegiatan usaha, kantor pemerintahan, pelayanan, gudang dan industri pengolahan, pusat lapangan kerja, wilayah ekonomis metropolitan. 
  • Pusat kota merupakan penghasilan pajak yang utama, meskipun kecil namun nilai bangunan yang ada di pusat kota merupakan proporsi yang besar dari segala keseluruhan kota, karena pusat kota memiliki prasarana yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi. 
  • Pusat kota merupakan pusat-pusat fungsi administratif dan perdagangan besar, mengandung rangkaian toko-toko eceran, kantor-kantor profesional, perusahaan jasa, gedung bioskop, cabang-cabang bank dan bursa saham. Dalam kota kecil yang swasembada, kawasan ini juga menyediakan fasilitas perdagangan besar mencakup pusat-pusat administratif dan transportasi yang diperlukan.
Sedangkan pengertian sub pusat pelayanan kota adalah suatu pusat yang memberikan pelayanan kepada penduduk dan aktivitas sebagian wilayah kota, dimana ia memiliki hirarki, fungsi, skala, serta wilayah pelayanan yang lebih rendah dari pusat kota, tetapi lebih tinggi dari pusat lingkungan.

Faktor-faktor timbulnya pusat pelayanan

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya suatu pusat-pusat pelayanan, yaitu:

1. Faktor Lokasi 
Letak suatu wilayah yang strategis menyebabkan suatu wilayah dapat menjadi suatu pusat pelayanan. 
2. Faktor Ketersediaan Sumber Daya 
Ketersediaan sumber daya dapat menyebabkan suatu wilayah menjadi pusat pelayanan. 
3. Kekuatan Aglomerasi 
Kekuatan aglomerasi terjadi karena ada sesuatu yang mendorong kegiatan ekonomi sejenis untuk mengelompok pada sutu lokasi karena adanya suatu keuntungan, yang selanjutnya akan menyebabkan timbulnya pusat-pusat kegiatan. 
4. Faktor Investasi Pemerintah 
Ketiga faktor diatas menyebabkan timbulnya pusat-pusat pelayanan secara ilmiah, sedangkan faktor investasi pemerintah merupakan sesuatu yang sengaja dibuat (Artificial). 

Perkembangan kota dan struktur ruang
Perkembangan perkotaan adalah suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda. Sorotan perubahan keadaan tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda dan untuk menganalisis ruang yang sama. Menurut J.H.Goode dalam Daldjoeni (1996: 87), perkembangan kota dipandang sebagai fungsi dari pada faktor-faktor jumlah penduduk, penguasaan alat atau lingkungan, kemajuan teknologi dan kemajuan dalam organisasi sosial. 
Sedangkan menurut Bintarto (1989), perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zone-zone yang berada di dalam wilayah perkotaan. Dalam konsep ini Bintarto menjelaskan perkembangan kota tersebut terlihat dari penggunaan lahan yang membentuk zone-zone tertentu di dalam ruang perkotaaan sedangkan menurut Branch (1995), bentuk kota secara keseluruhan mencerminkan posisinya secara geografis dan karakteristik tempatnya. Branch juga mengemukakan contoh pola-pola perkembangan kota pada medan datar dalam bentuk ilustrasi seperti : 
a) topografi, 
b) bangunan, 
c) jalur transportasi, 
d) ruang terbuka, 
e) kepadatan bangunan, 
f) iklim lokal, 
g) vegetasi tutupan dan 
h) kualitas estetika.
Secara skematik Branch,menggambarkan 6 pola perkembangan kota, sebagai berikut :
Pola Umum Perkembangan Perkotaan 
Sumber : Branch, 1996 
Berdasarkan pada penampakan morfologi kota serta jenis penyebaran areal perkotaan yang ada, Hudson dalam Yunus (1999), mengemukakan beberapa alternatif model bentuk kota. Secara garis besar ada 7 (tujuh) buah model bentuk kota yang disarankan, yaitu;
  • bentuk satelit dan pusat-pusat baru (satelite and neighbourhood plans), kota utama dengan kota-kota kecil akan dijalin hubungan pertalian fungsional yang efektif dan efisien; 
  • bentuk stellar atau radial (stellar or radial plans), tiap lidah dibentuk pusat kegiatan kedua yang berfungsi memberi pelayanan pada areal perkotaan dan yang menjorok ke dalam direncanakan sebagai jalur hijau dan berfungsi sebagai paru-paru kota, tempat rekreasi dan tempat olah raga bagi penduduk kota; 
  • bentuk cincin (circuit linier or ring plans), kota berkembang di sepanjang jalan utama yang melingkar, di bagian tengah wilayah dipertahankan sebagai daerah hijau terbuka; 
  • bentuk linier bermanik (bealded linier plans), pusat perkotaan yang lebih kecil tumbuh di kanan-kiri pusat perkotaan utamanya, pertumbuhan perkotaan hanya terbatas di sepanjang jalan utama maka pola umumnya linier, dipinggir jalan biasanya ditempati bangunan komersial dan dibelakangnya ditempati permukiman penduduk; 
  • bentuk inti/kompak (the core or compact plans), perkembangan kota biasanya lebih didominasi oleh perkembangan vertikal sehingga memungkinkan terciptanya konsentrasi banyak bangunan pada areal kecil; 
  • bentuk memencar (dispersed city plans), dalam kesatuan morfologi yang besar dan kompak terdapat beberapa urban center, dimana masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan berbeda satu sama lain; dan 
  • bentuk kota bawah tanah (under ground city plans), struktur perkotaannya dibangun di bawah permukaan bumi sehingga kenampakan morfologinya tidak dapat diamati pada permukaan bumi, di daerah atasnya berfungsi sebagai jalur hijau atau daerah pertanian yang tetap hijau.

Beberapa Alternatif Bentuk Kota 
(Sumber : Hudson, 1999)

Memilih Jenis dan Material Jendela

JENIS-JENIS JENDELA
Dalam menentukan tipe jendela, pilihlah yang paling sesuai dengan konsep rumah anda. Bagian-bagian dari jendela adalah daun jendela, kusen, kaca, handle, engsel. Adapun tipe-tipe jendela adalah sebagai berikut:
  • Jendela Geser
Sesuai namanya, jendela dengan tipe ini, dibuka dengan cara digeser (sliding window), baik horizontal maupun vertikal (double hung).



  • Jendela dengan Engsel atau Jendela Ayun

Beberapa jenis jendela ayun (swinging window) adalah casement (buka samping), jungkit atau awning (engsel terletak di atas kusen), hopper (engselterletak di bawah kusen), dan nako (jalusi)

Jendela Ayun atau Swinging Windows

  • Fixed Windows

Tipe jendela seperti ini umumnya hanya berupa lubang kaca yang tidak dapat dibuka sehingga tidak berfungsi untuk mengalirkan udara.

Fixed Window

MATERIAL JENDELA



Beberapa material jendela yang umum digunakan adalah kayu dan alumunium.

Jendela Kayu

Material kayu banyak digunakan untuk rumah tropis, klasik bahkan modern. Kualitas kayu dilihat dari kekuatan, kepadatan dan besarnya kemungkinan susut atau muai kayu. Kayu jati memiliki karakteristik yang kuat dan kokoh, tapi harganya cukup mahal karena tingginya kualitas dan kelangkaannya. Kayu kamper adalah jenis kayu yang umum digunakan, seperti kamper Samarinda, kamper Singkil, kamper Medan, kamper Kompas dan kamper Banjar. Untuk saat ini, jenis yang terbaik adalah kamper Samarinda.
Jika Anda memutuskan untuk menggunakan material kayu, pastikan kayu yang digunakan adalah kayu yang sudah dikeringkan (oven). Hal ini untuk mengurangi muai dan susut kayu setelah terpasang. Kayu rentan terhadap rayap. Untuk itu, pastikan material kayu telah diberi anti rayap sebelum dipasang. Selain itu, perawatan berkala untuk antirayap juga perlu dilakukan untuk menjaganya.


Jenis finishing untuk jendela kayu adalah melamic atau duco. Untuk melamic, warnanya natural kayu dan serat alami kayu masih terlihat sehingga memberi kesan hangat dan natural. Duco lebih kelihatan plastis karena seluruh serat kayu tidak terlihat sehingga kesannya lebih modern.


Sebagai upaya perlindungan yang optimal terhadap paparan cuaca luar, gunakan catJotun Gardex Premium Gloss atau Semi Gloss untuk melapisi material kayu yang membingkai jendela rumah.
  • Jendela Alumunium
Finishing untuk jendela alumunium adalah anodizing biasa (warna asli alumunium) dan powder coating (putih atau coklat). Untuk menghindari kebocoran pada jendela aluminium, pastikan pemasangan yang benar dan aplikasikan silicon gel (sealant) pada sambungan antara pinggiran kusen dan dinding.


Apa pun pilihan model, jenis dan material jendela yang Anda pilih, selalu ingat bahwa jendela merupakan salah satu elemen terpenting pada bangunan. Sesuai pilihan tersebut dengan karakteristik rumah dan fungsi yang ingin dicapai. Dengan pilihan jenis dan material yang tepat serta peletakannya yang sesuai, maka rumah Anda akan terasa lebih nyaman dan indah.

Dasar - Dasar Ilmu Ukur Tanah



GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA.
ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL.

MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG
JENIS PETA
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk   tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang   mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala
1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari
                 1 : 100 000.
PETA BERDASARKAN SKALANYA:
  1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
  2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
  3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM PETA.
PENULISAN SKALA PETA
SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA :
  1.       ANGKA PERBANDINGAN
          MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI PETA SAMA DENGAN 1.000.000 cm/  inch DIPERMUKAAN BUMI
     2.         PERBANDINGAN NILAI
                MISAL 1 CM UNTUK 10 km
     3.         SKALA BAR ATAU SKALA GARIS
                 
GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI.

PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN
Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA)
INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA:
  1. MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG TERPETAKAN
  2. JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINYA
  3. ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN
  4. UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN
  5. PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH
  6. POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF
  7. JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA
  8. PENGGUNAAN LAHAN, DLL.
JENIS PENGUKURAN
PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS CAKUPAN PENGUKURAN.
Berdasarkan alam:
  Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.
  Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.
  Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.
Berdasarkan tujuan:
·         Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
·         Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).
·         Pengukuran tambang (mining survey).
·         Pengukuran geologi (geological survey).
·         Pengukuran arkeologi (archeological survey).
Berdasarkan cara dan alat:
a. Pengukuran triangulasi,
b. Pengukuran trilaterasi,
c. Pengukuran polygon,
d. Pengukuran offset,
e. Pengukuran tachymetri,
f. Pengukuran meja lapangan,
g. Aerial survey,
h. Remote Sensing, dan
i. GPS.
    a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.
Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:
Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.
Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.
PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL
BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI. JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT.
PROSES PEMETAAN TERISTRIS
PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU.
WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS, NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA), RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS), VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB.
DASAR PEMILIHAN WAHANA
PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI :
  1. TUJUAN PEMETAAN
  2. TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN
  3. CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN.
BAGAN PEMETAAN TERISTRIS

Jumat, 19 Februari 2016

Klasifikasi Tanah


Pengertian Klasifikasi Tanah

Tanah adalah benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah.Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang diperoleh dalam perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk.
         Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya.
         Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci.
B.     Fungsi Klasifikasi Tanah
Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk awal dalam memprediksi kelakuan tanah. Engineer akan mempunyai gambaran yang baik mengenai perilaku tanah tersebut dalam berbagai situasi, misalnya selama konstruksi, di bawah beban-beban struktural dan lain lain.
C.     Tujuan Klasifikasi Tanah
Adapun adanya klasifikasi untuk tanah yanitu bertujuan untuk :
a.       Mengorganisasi atau menata tanah
b.      Mengetahui hubungan individu tanah
c.       Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
d.      Mengelompokkan tanah untuk :
- menaksir sifat
- penelitian
- mengetahui lahan-lahan yang baik
D.  Klasifikasi Tanah
Berdasarkan sifatnya klasifikasi di bagi menjadi dua yaitu :
a.       Klasifikasi alami
Klasifikasi alami didasarkan pada sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut.
b.      Klasifikasi Teknis
Klasifikasi Teknis didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu.
Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas yang dapat berupa :
a.       Isogenus yaitu Tanah yang mempunyai genesis sama
b.      Isomorf yaitu Tanah yang mempunyai kenampakan yang sama
c.       Isofungsi yaitu Tanah yang mempunyai fungsi sama dalam lingkungan

d.      Isotropik yaitu Tanah yang mempunyai lokasi yang sama

Perbedaan Profil Baja I, WF, dan H


Profil WF (Wide Flange) adalah salah satu profil baja struktural yang paling populer digunakan untuk konstruksi baja. Namun, profil ini ternyata punya banyak nama. Ada yang menyebutnya dengan profil H, HWF, H-BEAM, IWF, dan I. Bahkan ada juga beberapa tempat yang menggunakan istilah WH, SH, dan MH. Sebenarnya mana yang paling tepat?

image
Kalo mau cari yang paling tepat sih menurut saya harus mengacu ke standar yang berlaku. Nah, kalo acuan kita adalah SNI, maka kita akan memperoleh ada beberapa standar untuk produksi material profil berbentuk I:
  1. SNI 07-0329-2005, Baja I Beam Canai Panas
    image
  2. SNI 07-2610-1992, Baja Profil H Hasil Pengelasan Dengan Filter
    image
  3. SNI 07-7178-2006, Baja Profil WF Beam Proses Canai Panas
    image
(gambar di atas saya capture langsung dari masing-masing SNI. Silahkan download di sini)
Jadi, kira-kira perbedaannya adalah seperti tabel di bawah:
Profil IProfil WFProfil H
Proses pembuatan: hot-rolledAda 2 lengkungan (r1, r2)Proses pembuatan: hot-rolledAda 1 lengkungan (r1)Proses pembuatan: pelat + las.
Jadi, seperti itulah kira-kira penamaan yang paling benar sesuai standar yang ada.
Tapi… kenyataannya yang beredar di lapangan sedikit menyimpang. :)
Profil I yang sebenarnya hampir jarang kelihatan di lapangan. Profil H yang sebenarnya juga jarang yang pesan kecuali untuk ukuran yang sangat besar atau ukuran khusus.
Malah yang paling laris adalah profil WF. Tapi entah darimana sejarahnya, profil WF pada akhirnya sering juga disebut profil I dan profil H. Kalo profil H masih bisa dimaklumi, karena referensi asal SNI adalah standar Jepang (JIS). JIS sendiri menggunakan istilah H untuk  profil WF. Ukurannya pun sama.
image image
Yang kiri adalah profil H salah satu produsen baja di Jepang (kalo ga salah), sementara yang kanan adalah Profil Wide Flange (WF) dari Gunung Garuda (juga merefer ke JIS).
Jadi, antara WF dan H bisa dibilang ngga ada masalah penamaan. Malah ada yang kurang kerjaan dengan menggabungkan keduanya menjadi HWF. Sementara Profil IWF sendiri secara standar itu rancu, tapi di lapangan, profil IWF merujuk ke profil WF.
Terakhir, ada satu grup penamaan lagi yang saya lagi malas nyari asal usulnya, SH, MH, dan WH. Semua profil ini mengacu ke WF, yang membedakan adalah perbandingan antara lebar dan tingginya.
  • Profil SH (short-H), adalah profil WF yang lebarnya kira-kira sama dengan setengah kali tingginya. Misalnya 100×50, 200×100, 250×125, dll.
  • Profil WH (wide-H), adalah profil WF yang lebarnya kira-kira sama dengan satu kali tingginya. Misalnya 150×150, 175×175, 300×300, dll.
  • Profil MH (middle-H) adalah profil WF yang berada di antara SH dan WH. Misalnya 150×100, 250×150, dll. Dibandingkan dua di atas, profil MH ini lebih jarang ditemui di lapangan.
Nah, sebagai kesimpulan, saya coba rangkum nama-nama profil I/H/WF yang beredar di lapangan/pasar:
  1. Profil I (I-Beam).
    Seharusnya menunjuk ke : Profil I
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF
  2. Profil WF.
    Seharusnya menunjuk ke : Profil WF
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF
  3. Profil H.
    Seharusnya menunjuk ke : Profil H (las). boleh juga ke Profil WF.
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF.
  4. Profil IWF.
    Seharusnya menunjuk ke : tidak ada (rancu).
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF
  5. Profil H-BEAM.
    Seharusnya menunjuk ke : tidak ada (tidak dikenal di SNI)
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF. Ada juga sebagian yang ke Profil H (las).
  6. Profil HWF.
    Seharusnya menunjuk ke : tidak ada (tidak dikenal di SNI)
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF.
  7. Profil SH, MH, dan WH.
    Seharusnya menunjuk ke : tidak ada (tidak dikenal di SNI)
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : Profil WF.
  8. Nama lain seperti UB, UC, W, dll.
    Seharusnya menunjuk ke : standar lain (non-SNI)
    Di lapangan/pasar menunjuk ke : standar lain (non-SNI)