Jumat, 06 November 2015

Uji Slump Beton

Uji Slump Beto

Tes Beton
Mengukur nilai slump

Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. 
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.
Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30
Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar.
BAHAN:

  1. Beton Segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.


PERALATAN:

  1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm. 
  2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.
  3. Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas
  4. Sendok adukan
  5. Pita Ukur
Kerucut Slump
Kerucut Uji

TAHAPAN UJI SLUMP:

  1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah
  2. Letakkan cetakan di atas plat
  3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.
  4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.
  5. Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4
  6. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di plat.
  7. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas
  8. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
  9. Toleransi nilai slump dari beton segar  ±  2 cm 
  10. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan
Pemadatan Slump
Pemadatan
uji slump
Mengangkat Kerucut
Uji Slump
Mengukur Tinggi Slump
PERHITUNGAN NILAI SLUMP
NILAI SLUMP = Tinggi cetakan - tinggi ratarata benda uji

Bentuk Slump akan berbeda sesuai dengan kadar airnya. 

Nilai Slump
  • Gambar 1 : Collapse / runtuh
Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air/basah sehingga campuran dalam cetakan runtuh sempurna. Bisa juga karena merupakan campuran yang workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk lokasi pengecoran tertentu sehingga memudahkan pemadatan,
  • Gambar 2 : Shear 
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan, sebagian runtuh sehingga berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.
  • Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal.
Jika pada sat uji slump bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear, maka tidak perlu membuat campuran baru terburu-buru. Cukup ambil sample beton segar yang baru dan mengulang pengujian.
Standar nilai slump yang biasa dipakai (wikipedia.com)
0-25 mm untuk jalan raya
10-40 mm untuk pondasi (low workability)
50-90 mm untuk beton bertulang normal menggunakan vibrator (medium workability)
>100 mm untuk high workability

Namun standar setiap negara kadang berbeda. Berdasarkan ACI Commitee 2011 :
Uji Slump
Tabel nilai slump berdasarkan ACI
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
 :
Slum PBBI
Tabel Slump berdasarkan PBBI 1971
Kelebihan dari Uji Slump adalah dapat dilakukan oleh semua orang: mudah dilakukan dan mudah diukur, bahkan oleh tukang / pekerja sekalipun. Sehingga Uji ini lebih populer dibandingkan uji lainnya dan sampai saat ini masih digunakan.

Tidak ada komentar: