Kamis, 29 Oktober 2015

Pembahasan Mengenai Keramik

GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK
2.1 Pengertian Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng, tembikar dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat (Yusuf, 1998:2).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keramik memiliki arti barang-barang yang terbuat dari tanah liat, dicampur dengan bahan-bahan lain dan kemudian dibakar barang tembikar (porselen).
Pada umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball, clay, kwarsa, kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas. Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi Universitas Sumatera Utara
10
konduktor panas yang jelek. Disamping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku.
A. Klasifikasi Keramik
Pada prinsipnya keramik terbagi atas:
1. Keramik Tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk keramik adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik halus
Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida atau logam seperti oksida logam Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain. Keramik halus disebut juga dengan Fine Ceramics yakni keramik modern atau biasa disebut dengan keramik teknik, keramik ini juga sering dibuat dengan menggunakan teknologi mesin (Joelianingsih, 2004).
B. Sifat Keramik
Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah, tembikar dan sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik tahan terhadap suhu yang tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai Universitas Sumatera Utara
11
dengan suhu 1200°C, keramik engineering seperti keramik oksida mampu tahan terhadap suhu tinggi hingga mencapai 2000°C.
Barang tanah liat Jepang dikatakan memperlihatkan variasi teknik dan gaya terbanyak di dunia, dan peralatan makan masa kini yang kebanyakan adalah tembikar atau porselen mempunyai bentuk dan warna hiasan yang banyak.
Barang tanah liat dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok:
a. Gerabah
Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna untuk membantu kehidupan. Gerabah memiliki tekstur yang unik seperti tanah.
b. Tembikar
Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu objek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan. Tembikar memiliki tekstur yang dilapisi dengan glasir yang beragam dan memiliki kesan yang alami dan hangat.
Jika tanah liat yang digali dari tanah dipanaskan, maka bahan lumpur basah itu berubah menjadi kuat, keras, dan kedap air. Itulah tembikar. Tembikar memiliki banyak guna karena sifatnya sudah begitu berbeda dari tanah liat. Pengrajin tembikar dapat membentuk tanah liat yang lunak menjadi berbagai macam barang, mulai dari piring ceper sampai gentong jeluk. Setelah tembikar dipanaskan atau dibakar maka bentuknya menjadi tetap. Seni tembikar sudah sangat tua. Para pengrajin tembikar pertama ada di Timur Tengah 9.000 tahun silam. Mereka membuat tembikar tekan
Universitas Sumatera Utara
12
dan tembikar lingkar yang sederhana. Sekitar 3.500 tahun silam mulai digunakan meja putar kecil, yang disebut roda tembikar, untuk membuat tembikar bulat. Kita tahu hal ini karena tembikar tidak hancur dalam tanah seperti halnya kayu. Para arkeolog menggunakan pecahan tembikar untuk mempelajari bangsa-bangsa yang sudah membuat tembikar berabad-abad silam.
c. Porselen
Porselen memiliki tekstur yang halus dan dilapisi dengan berbagai warna yang mengagumkan. Porselen muncul di Jepang baru pada awal abad ke-17, ketika para pengrajin tembikar Korea mulai membuatnya. Ini adalah kejadian penting dalam perkembangan tembikar Jepang. Tidak lama kemudian, tanah liat porselen yang disebut kaolin, ditemukan di Izumiyama di Arita, Kyushu, dan ditemukan cocok untuk membuat porselen yang tipis, ringan dan kuat.
Sejak pertengahan abad ke-19, porselen telah mendapatkkan tempat yang penting di meja makan karena kemudahannya. Pada saat sekarang ini piring keramik sudah menjadi sangat umum, kecuali untuk mangkuk dari barang berpernis yang halus untuk sup miso, diminum dengan bibir mengenai mangkuk.
Semangat artistik yang sangat kreatif dari jaman Momoyama memberikan kehidupan baru pada keramik Jepang. Hal ini terlihat dari berbagai jenis keramik yang indah dan unik serta memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
13
Seperti dalam hal pelaksanaan upacara minum teh, terkadang mereka memberikan sebuah nama untuk menjelmakan peralatan yang sangat mereka sukai seperti sebuah cangkir teh, jambangan, tempat air atau kotak dupa.
Alasan lainnya mengenai banyaknya variasi keramik adalah kenyataan bahwa makanan Jepang memerlukan berbagai macam peralatan makan yang banyak, lebih daripada makanan lainnya didunia.
Dalam masyarakat Jepang kuno yang berbudaya tinggi, orang makan dan minum terutama dari barang berpernis, tetapi hal ini mulai diubah oleh para ahli minum teh. Mereka mulai menggunakan perangkat mangkuk dan piring keramik untuk makanan Kaiseki yang disajikan sebelum teh, dan hal ini membawa pada penemuan bahwa keramik memberikan dampak visual yang lebih dan daya tarik yang segar. Barang keramik untuk upacara minum teh dipilih sesuai dengan musim.
Nasi, makanan pokok di Jepang, disantap dari mangkuk kecil yang dipegang oleh tangan dan pada umumnya setiap anggota keluarga memiliki mangkuk nasinya sendiri. Melalui kebiasaan di atas meja seperti itu juga, orang Jepang telah mengembangkan kesenangan mereka terhadap barang tembikar.
Sebagian orang mungkin melihat keramik hanya merupakan bagian dari sebuah keunikan dan ketertarikan semata. Namun, bagi masyarakat timur yakni Cina, Jepang, dan Korea keramik memiliki nilai spiritual. Hal ini terlihat pada gambar-gambar atau ukiran yang terdapat pada keramik-keramik tersebut. Seperti ukiran naga yang menggambarkan dewa atau raja dan burung phoenix yang melambangkan dewi atau permaisuri.
Universitas Sumatera Utara
14
Tidak semua orang memiliki bakat untuk membuat keramik karena pada umumnya keahlian untuk membuat keramik ini diwariskan secara turun temurun dan adakalanya setiap keluarga memiliki ukiran tersendiri yang merupakan ciri khas dari usaha keluarganya sehingga berbeda dari hasil seni keramik pengrajin yang lain.
2.2 Sejarah Keramik
Barang tanah liat pertama kali dibuat di kepulauan Jepang sekitar 13.000 tahun yang lalu. Periuk besar dan dalam yang digunakan untuk merebus adalah yang paling umum. Tanah liatnya dihias dengan menggiling atau menekan tali berkepang pada permukaannya. Karena pola tali inilah, barang tanah liat dari jaman ini disebut dengan jomon doki (jo = tali; mon = pola; doki = barang tanah liat). Sekitar 5000 tahun yang lalu, selama jaman Jomon, beberapa desain yang sangat dinamis muncul, termasuk ornamen ombak pada bibir periuk dan pola-pola aneh yang menutupi setiap bagian luarnya.
Pada jaman Yayoi berikutnya, penanaman padi dan jenis tembikar baru diperkenalkan dari semenanjung Korea. Tembikar Yayoi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, digunakan terutama banyak untuk penyimpanan, memasak dan makan. Tembikar jenis ini tidak semeriah barang tembikar Jomon, dan warnanya yang muda menciptakan kesan lembut.
Sekitar awal abad ke-5, terjadi perubahan besar ketika teknik baru memasuki Jepang dari semenanjung Korea. Sebelumnya, tanah liat dibakar di api unggun, tetapi jenis tembikar baru, yang disebut dengan tembikar Sueki, dibakar Universitas Sumatera Utara
15
dengan suhu tinggi di dalam tempat pembakaran dengan cerobong (terowongan) yang dibangun loreng. Tembikar Sueki adalah tembikar yang sebenarnya.
Sekitar pertengahan abad ke-7, para pengrajin tembikar Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik Korea dan Cina, dan belajar cara menggunakan glasir dan membakar tanah liat dengan suhu yang cukup rendah. Beberapa glasir dari sini berwarna hijau tua, sedangkan barang Nara Sansai menonjol dengan tiga warna, seringkali berwarna merah, kuning, dan hijau. Akan tetapi, barang-barang ini digunakan hanya di istana, keluarga bangsawan, dan kuil-kuil, dan sekitar abad ke-11 tidak dibuat lagi.
Kemajuan yang diperoleh tembikar Sueki menyebabkan pembangunan tempat-tempat pembakaran di banyak bagian di Jepang. Tidak lama kemudian, para pengrajin menemukan bahwa abu kayu di dalam tempat pembakaran yang panas bereaksi dengan tanah liat sehingga menciptakan glasir alami. Hal ini mendorong mereka untuk menaburkan abu dari tanaman yang dibakar secara sengaja ke atas tanah liat sebelum dibakar. Teknik glasir abu alami ini pertama sekali dilakukan di tempat pembakaran Sanage di propinsi Owari (sebelah barat daya propinsi Aichi sekarang).
Tembikar Sueki di jaman pertengahan menjadi pondasi untuk teknik-teknik baru dan menjamurnya pembangunan tempat pembakaran. Enam kota tempat tembikar bersejarah di Jepang yakni Seto, Tokoname, Echizen, Shigaraki, Tanba dan Bizen dimulai pada masa ini, dan tempat pembakaran mereka masih berproduksi. Hampir semuanya membuat gerabah yang terlihat alami. Hasil produksi mereka kebanyakan guci besar, jambangan besar dan periuk. Sampai Universitas Sumatera Utara
16
sekitar abad ke-16, Seto adalah satu-satunya tempat di Jepang yang terus memproduksi tembikar berglasir.
Perang saudara yang melanda seluruh negeri Jepang pada jaman Warring States (1467-1568), dan para pengrajin di Seto pergi ke utara ke daerah pegunungan menuju Mino (kini propinsi Gifu bagian selatan). Disana mereka memelopori gaya baru unik Jepang, yang terbaik adalah tembikar Kiseto, Seto-guro, Shino, dan Oribe. Sekitar pada saat inilah upacara minum teh mulai menarik perhatian. Kebiasaan minum teh berasal dari China pada akhir abad ke-12, dan pada abad ke-16 telah menjadi kebiasaan untuk mengadakan acara yang berfokus pada upacara penyajian teh.
Dengan mulainya jaman Momoyama (akhir tahun 1500-an) berakhirlah perang saudara, penggabungan Jepang, dan penyempurnaan upacara minum teh. Ini adalah saat transformasi untuk barang tembikar Jepang. Toyotomi Hideyoshi memulai kampanye militer di semenanjung Korea, dan hal ini menciptakan kesempatan bagi para samurai menyenangi upacara minum teh untuk membawa pengrajin tembikar Korea ke Jepang dan menyuruh mereka membangun tempat pembakaran. Banyak pusat produksi baru termasuk Karatsu, Hagi, Agano, Takatori dan Satsuma didirikan di bagian-bagian yang berlainan di Kyushu.

Tidak ada komentar: