Jumat, 04 September 2015

Tahapan Pembuatan Peta Serta Pengolahan data Ukur Tanah


Tahapan Pembuatan Peta Serta Pengolahan data Ukur Tanah

Pengukuran Kerangka Peta


a. Kerangka horisontal

Sesuai dengan keadaan luas daerah yang akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik pasti yang telah diketahui koordinatnya.

Pengukuran Kerangka Horizontal
 
Keterangan :
1,2,3,…                       : nomor titik
b1,b2,b3,…                : sudut dalam poligon
a1, a2, a3,…              : sudut luar poligon
a12,a23,a34,…          : azimuth
Rumus-rumus yang harus dipenuhi:
1.      Syarat sudut
Jumlah sudut dalam poligon        : Sbd    = (n – 2) x 180o
Jumlah sudut luar poligon            : Sb      = (n + 2) x 180o
Dengan                                         : n         = jumlah titik poligon
                                                 Sb      = jumlah sudut poligon

2.      Syarat sisi
Jumlah proyeksi pada sumbu y                          = S(d sin a)        = 0
Jumlah proyeksi pada sumbu  x                         = S(d cos a)       = 0

3.      Azimuth awal
Pengukuran azimuth didasarkan pada arah utara magnet bumi atau azimuth kompas.

4.      Menghitung azimuth masing-masing titik
Untuk poligon sudut dalam   a(n,n+1) = a(n – 1, n) + 180o - bd
Untuk poligon sudut luar       a(n,n+1) = a(n – 1, n) - 180o + b
Dengan:               n    = nomor titik
                a    = azimuth
b        = sudut luar/dalam poligon

Cara perhitungan poligon dilakukan menurut tetapan:
1.      Menjumlahkan sudut dari sudut dalam atau luar yang diukur.
2.      Menentukan besar penyimpangan (b) kemudian memberikan koreksi pada tiap titik.
3.      Menghitung sudut jurusan didasarkan pada sudut poligon yang telah terkoreksi.
4.      Menghitung proyeksi titik ke sumbu x dan y, yaitu d sin a dan d cos a.
5.      Menentukan penyimpangan jumlah jarak proyeksi dan memberikan koreksi pada tiap-tiap jarak tertentu

b. Kerangka vertikal

Kerangka vertikal diukur dengan menggunakan alat waterpass. Pekerjaan waterpassing atau pengukuran beda tinggi, yaitu:
1. Pengukuran beda tinggi di suatu tempat.
2. Pengukuran profil/penampang tanah pada arah melintang.

Beda tinggi antara dua titik adalah selisih tinggi dalam vertikal atau jarak terpendek antara dua nivo yang melalui titik tersebut. Penampang adalah tampang yang arahnya melintang. Pengukuran beda tinggi diperlukan untuk menghitung volume galian dan timbunan tanah.
Dalam pembuatan peta topografi digunakan pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya. Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan dan penggambaran peta topografi.
 
Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Metode menyipat datar 
Pengukuran Beda Tinggi dengan Metode Menyipat Datar
 
Metode ini menggunakan waterpass sebagai alat ukur.
DHAB          = BTA – BTB
HB              = HA + DHAB

Dengan      :
DHAB          : beda tinggi antara titik A dan titik B
BT              : Bacaan benang tengah
H                : Ketinggian/elevasi
                                              
2. Metode barometris



Pengukuran dengan Metode Barometris

Metode barometris menggunakan barometer sebagai alat ukur. Metode ini memakai prinsip menggunakan tekanan udara pada tempat yang akan dicari ketinggiannya. Untuk mengetahui ketinggian dari muka air laut rata-rata. Setelah ketinggian diketahui maka beda tinggi yang diperoleh kurang akurat, karena tergantung dari suhu, kelembaban udara, dan juga gaya tarik bumi.


Dalam pemilihan titik detail harus disesuaikan dengan kondisi lapangan,, yaitu jangan terlalu jarang maupun terlalu rapat. Jika titik terlalu jarang maka hasil peta situasi tidak akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya, namun jika terlalu rapat, kurang efisien. Untuk daerah datar cukup diambil beberapa titik saja tetapi untuk tanah bergelombang diambil titik efektifnya, untuk parit diambil data tentang kedalaman dan lebarnya.

Agar pengambilan titik detail lebih mudah, mengenai sasaran, maka titik tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut:
a.       semua jalan (meliputi: jalan raya, jalan kecil, dll)
b.      saluran-saluran air, batas sungai, batas pantai
c.       jembatan, gardu listrik, tugu, monumen, dll
d.      lapangan olahraga, lapangan terbang, persawahan, permukiman
e.       kantor pemerintahan, kantor polisi, bank, pasar, toko, dll
f.       batas-batas propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, dll

Pada setiap pengukuran suatu titik detail, perhitungan jarak dan beda tinggi dilakukan dengan cara tachimetri atau disesuaikan dengan alat yang digunakan, berikut Pengukuran Menggunakan Theodolite 
Pengukuran Beda Tinggi dengan Cara Tachimetri

 
Jd (jarak datar)             = Jm cos m
                                      = (BA – BB) x 100 x cos2 m

Beda tinggi = DH         = ½ (BA – BB) x 100 sin 2m + i– BT
Dengan:
i               = tinggi alat
BA          = bacaan benang atas
BB          = bacaan benang bawah
BT           = bacaan benang tengah
m             = sudut miring
z              = sudut zenith = 90o - m
DH          = beda tinggi antara titik A dan B
Jd            = jarak datar
Jm           = jarak miring

3. Metode trigonometri
Pengukuran dengan Menggunakan Cara Trigonometri
Pada metode ini alat yang digunakan adalah theodolit.
Beda tinggi antara A dan B = Jd tan m
Dengan:
Jd = jarak datar
z   = sudut zenith
m  = sudut miring                        

c. Data yang harus diukur

Data yang harus dicari tergantung dengan alat yang digunakan. Data yang perlu diukur dalam kaitannya dengan pengukuran kerangka horisontal dengan menggunakan theodolit adalah benang atas, benang bawah, benang tengah, azimuth, zenith, tinggi alat dan sketsa pengukuran, sedangkan data yang perlu diambil untuk kerangka vertikal adalah data dari penggunaan waterpass, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah.

Pengukuran Titik Detail

Titik detail adalah semua penampakan yang ada di muka bumi baik alamiah maupun buatan manusia. Pada pengukuran ini tidak mungkin dilakukan secara lengkap dan terperinci, oleh karena itu harus diambil titik detail seefektif mungkin yang dapat mewakili dalam penggambaran peta situasi nantinya.

a.   Cara-cara pengambilan titik detail

Dalam pengukuran titik detail dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1.       Pengukuran Titik Detail dengan Cara Memancar

Cara ini dipakai jika jarak antara titik pasti berdekatan. A dan B adalah titik pasti. Dari gambar di atas pesawat diletakan di titik A lalu diambil a1, a2, a3,…, sedangkan arah sumbu masing-masing menjauhi titik A, begitu juga titik B.
2.   Pengukuran Titik Detail dengan Cara Melompat

Adakalanya kita mengalami kesulitan jika menggunakan metode memancar dalam mengukur titik detail karena titik pasti berjauhan, sehingga diperlukan cara melompat.

3. Pengukuran Titik Detail dengan Cara Grid
Dilakukan dengan membuat grid-grid tiap jarak tertentu.

b. Data yang harus diukur

Data pengukuran titik detail yang diperlukan adalah azimuth, zenith, benang atas, benang bawah, benang tengah, dan tinggi alat serta sketsa pengukuran titik tersebut. Data tersebut digunakan untuk mencari jarak dan beda tinggi antara tempat alat didirikan dengan titik detail yang diukur.

Tidak ada komentar: