BATIK Nusantara
sangat kaya akan motif-motif dari berbagai daerah dengan ciri khasnya
masing-masing. Anak-anak pun perlu mendukung pelestarian batik. Sebab
batik merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang banga
Indonesia yanng sudah diakui oleh UNESCO
sebagai warisan budaya dunia. Lagi pula, anak-anak pun bisa tampil
keren dengan busana batik. Nggak cuma keren, mereka juga tampak anggun.
Para perajin batik tradisional saat ini
sedang mengembangkan motif tumbuhan, dari daun, bunga, dan akar. Untuk
bahan pewarnanya diambil dari kulit kayu dan buah untuk menghasilkan
warna alami yang tahan luntur alias warna awet cerah.
Motif tradisional adalah motif yang
digunakan secara turun-temurun melalui proses tranformasi dari generasi
ke gernerasi. Hingga tak terhitung motif batik tradisional yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia saat ini. Hal tersebut disebabkan motif
tradisional ada hubungannya dengan kepercayaan. Adapun matif-motif yang
saat ini tersimpan di museum batik adalah :1. Motif Kawung
Kawung dalam bahasa Sunda berarti buah aren
atau kolang-kaling. Motif kawung menyerupai buah kolang-kaling yang
dipotomg melintang membelah sehingga kelihatan empat biji. Motif kawung
sebenarnya meniru buah aren atua kolang-kaling yang dibelah menjadi dua
seperti di atas. Sangat menarik untuk pengantin putri
2.Motif Tumpal,
adalah motif yang memiliki bentuk dasar segitiga sama kaki. Motif ini digunakan sebagai pinggiran kain selendang atau jarik.
3. Motif Lereng / Liris,
motif batik
yang memiliki otof pokok garis-garis miring ejajar. Untuk menambbah
keindahan motif, di antara garis-garis miring tersebut dihiasui
motif-motif tambahan, seperti bunga, daun, titik, atau yang lainnya.
4. Motif Ceplokan
Pada dasarnya, ceplok merupakan kategori
ragam hias berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat,
empat persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyak varian
lain dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik
truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok juga
sering dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya untuk
mendapat corak dan motif batik yang lebih indah.
5. Motif Batik Gurda
Gurda berasal dari kata garuda. Seperti diketahui, garuda merupakan
burung besar. Dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif gurda ini terdiri dari dua
buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Motif batik
gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masa lalu. Garuda merupakan
tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Garuda
menjadi tunggangan Batara Wisnu dan dijadikan sebagai lambang matahari.
Oleh masyarakat Jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga
sebagai simbol kejantanan.
6. Motif Batik Meru
Kata meru berasal dari Gunung Mahameru. Gunung ini dianggap sebagai
tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu,
Sang Hyang Brahma, dan Sang Hyang Siwa. Tri Murti ini dilambangkan
sebagai sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran, dan segala
sumber kebahagiaan hidup di dunia. Oleh karena itu, meru digunakan
sebagai motif batik agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.
7. Motif Batik Truntum
Motif batik
truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku
Buwana III), bermakna cinta yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan
motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan
semakin lama terasa semakin subur berkembang (tumaruntum). Kain motif
truntum biasanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan.
Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi
kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk
“menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.
8. Motif Batik Udan Liris
Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup
prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga,
apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika
banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak
boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa
dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau istri merupakan
bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah,
maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru
menambahi masalah. Misalkan, bila suami sedang mendapat cobaan tergoda
oleh perempuan lain, maka sang istri harus bisa bijak mencari solusi dan
mencari penyelesaian permasalahan. Begitu pula sebaliknya, jika sang
istri mendapat godaan dari lelaki lain, tentu suami harus bersikap arif
tanpa harus menaruh curiga yang berlebihan sebelum ditemukan bukti.
9. Motif Batik Parang Kusuma
Motif Batik
Parang Kusuma, bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk
mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma).
Contohnya, bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup di masyarakat
adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma
yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir
dan batin. Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat
kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk
direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan hidup
yang sempurna lahir batin. Mereka akan rnengusahakan banyak hal untuk
mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang serba terbuka
sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat hidup seperti yang
diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih cenderung mencari nama
harum dengan cara membeli dengan uang yang dimiliki, bukan dari tingkah
laku dan pribadi yang baik.
10. Motif Batik Parang Rusak Barong
Motif batik parang rusak barong ini berasal dari kata batu karang dan
barong (singa). Parang barong merupakan parang yang paling besar dan
agung, dan karena kesakralan filosofinya, motif ini hanya boleh
digunakan untuk raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan
meditasi. Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin
mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas
kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan
Sang Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar dan ini
tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang
rusak barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini
mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat
mengendalikan diri.
11. Motif Batik Slobog
Slobog bisa juga berarti lobok atau longgar. Kain ini biasa dipakai
untuk melayat, dengan tujuan agar yang meninggal tidak mengalami
kesulitan menghadap Yang Maha Kuasa. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
prinsip-prinsip keagamaan bahwa setelah kematian ada kehidupan lain yang
harus dipertanggung jawabkan, yaitu menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Batik parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari pelarian keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti juga topo broto para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk mendapatkan wahyu atau wangsit. Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai pereng atau lereng.
14. Motif Batik Tambal
Ada
kepercayaan bahwa bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai
selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal artinya menambah semangat
hari. Dengan semangat baru itu diharapkan harapan baru akan muncul
sehingga kesembuhan mudah didapat. Selain itu, dengan kehadiran para
penjenguk, diharapkan si sakit tidak merasa ditinggalkan dan memiliki
banyak saudara sehingga keinginan untuk sembuh semakin besar.
15. Motif Batik Ciptoning
Motif ciptoning ini biasanya dipakai oleh orang yang dituakan maupun
pemimpin. Dengan memakai motif ini, pemakainya diharapkan menjadi orang
bijak dan mampu memberi petunjuk jalan yang benar pada orang lain yang
dipimpinnya. Makna filosofis di balik motif ini sebenarnya bukan hanya
untuk pemimpin, tetapi juga untuk setiap orang agar mampu memimpin
(menempatkan) dirinya sendiri di tengah masyarakatnya.
16. Motif Batik Pari Kesit
Motif
ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan, harus dilandasi
dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras dan kegesitan itu
tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Usaha
keras dan kegesitan dengan cara kotor harus dihindari karena bisa
menjadi bumerang bagi diri sendiri.
17. Motif Batik Sido Luhur
Motif Batik Sido Luhur mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa,
hidup memang bertujuan untuk mencari keluhuran materi dan non materi.
Keluhuran materi artinya segala kebutuhan ragawi bisa tercukupi dengan
bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun
profesinya. Keluhuran materi sebaiknya diperoleh dengan cara yang benar,
halal, dan sah tanpa melakukan kecurangan atau perbuatan yang tercela,
seperti korupsi, merampok, mencuri, dan sebagainya. Sebab walaupun
merasa cukup atau bahkan berlebihan secara materi, jika harta materi itu
diperoleh secara tidak benar, keluhuran materi belum bisa tercapai.
Keluhuran materi akan lebih bermakna lagi bila harta yang dimiliki itu
bermanfaat bagi orang lain dan bisa diberikan dalam berbagai bentuk,
seperti sumbangan, donasi, hibah, dan sebagainya. Artinya, sejak dulu
masyarakat Indonesia sudah terbiasa saling menolong. Sementara keluhuran
budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran nonmateri. Orang
yang bisa dipercaya oleh orang lain atau perkataannya sangat bermanfaat
kepada orang lain tentu akan lebih baik daripada orang yang perkataannya
tidak bisa dipegang dan tidak dipercaya orang lain. Orang yang bisa
dipercaya oleh orang lain adalah suatu bentuk keluhuran nonmateri. Orang
Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh
dengan nilai keluhuran. Semua ini tidak lepas dari falsafah hidup orang
Jawa, bahwa orang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk keluarga, kerabat, masyarakat, bahkan lingkungan, dan kepada Tuhan
yang menciptakannya.
18. Motif Batik Sido Drajad
Batik sido drajad dipakai oleh besan ketika upacara pernikahan. Cara
pemakaian batiknya juga memiliki nilai pendidikan tersendiri. Bagi
anak-anak, batik dipakai dengan cara sabuk wolo. Pemakaian jenis ini
memungkinkan anak-anak untuk bergerak bebas. Secara filosofi, pemakaian
sabuk wolo diartikan bebas moral, sesuai dengan jiwa anak-anak yang
masih bebas, belum dewasa, dan belum memiliki tanggung jawab moral di
dalam masyarakat. Ketika beranjak remaja, seseorang tidak lagi
mengenakan batik dengan cara sabuk wolo melainkan dengan jarit. Panjang
jarit yang dipakai memiliki arti tersendiri. Semakin panjang jarit,
semakin tinggi derajat seseorang dalam masyarakat, dan semakin pendek
jarit, semakin rendah pula strata sosial orang tersebut dalam
masyarakat. Bagi orang dewasa, pemakaian batik memiliki pakem yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, wiru diletakkan
di sebelah kiri. Sedangkan pada perempuan, wiru diletakkan di sebelah
kanan, yang berarti nengeni, seorang putri tidak boleh melanggar
kehendak suami.
19. Motif Batik Sido Mukti
Motif Batik Sido Mukti mengandung makna kemakmuran. Bagi orang Jawa,
hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan, tentu
adalah pencapaian mukti atau kemakmuran, baik di dunia maupun di
akhirat. Setiap orang pasti mencari kemakmuran dan ketenteraman lahir
dan batin. Kemakmuran dan ketenteraman itu tidak akan tercapai tanpa
usaha dan kerja keras, keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Setiap
orang harus bisa mengendalikan hawa nafsu, mengurangi kesenangan
menggunjing tetangga, berbuat baik tanpa merugikan orang lain, dan
sebagainya agar dirinya merasa makmur lahir batin. Kehidupan untuk
mencapai kemakmuran lahir dan batin itulah yang juga menjadi salah satu
dambaan masyarakat.
20. Motif Batik Cuwiri
Batik motif cuwiri biasa digunakan pada saat acara mitoni, sebuah
tradisi memperingati tujuh bulan usia bayi. Cuwiri artinya kecil-kecil.
Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati oleh masyarakat.
Sejak kecil, manusia di Jawa sudah memiliki banyak aturan sesuai dengan
falsafah hidupnya dengan tujuan mendapatkan kemakmuran dan kebaikan.
21. Motif Batik Kawung
Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan selalu
membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang bekerja
keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang
lama. Contohnya, seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak
ada hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang
berlipat di kemudian hari. Kerja keras untuk menghasilkan rejeki
berlipat akan lebih bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti,
cermat, dan tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk menuai
hasil maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman
sekarang, di mana banyak orang ingin serba instan, orang ingin cepat
kaya tanpa harus bekerja keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang
melakukan hal-hal tercela untuk mendapatkan keinginannya.
22. Motif Batik Nitik Karawitan
Kebijaksanaan menjadi inti dari filosofi batik bermotif nitik
karawitan. Dengan demikian, para pemakainya diharapkan akan menjadi
orang yang bijaksana. Itulah mengapa orang-orang yang dituakan di
lingkungannya banyak menggunakan batik motif ini.
23. Motif Batik Burung Huk (Burung Merak)
Bentuk dasar ragam hias motif burung huk adalah seekor anak burung
yang baru menetas, menggeleparkan kedua sayapnya yang masih lemah,
berusaha lepas dari cangkang telurnya, serta separuh badan dan kedua
kakinya masih berada di dalam cangkang. Motif burung huk juga sering
disebut dengan motif burung merak. Ide dasarnya adalah pandangan hidup
tentang kemana jiwa manusia sesudah mati. Dan gambaran tersebut
disimpulkan bahwa kematian hanyalah kerusakan raga, sedangkan jiwanya
tetap hidup menemui Sang Pencipta. Keunikan motif ini adalah ia selalu
hadir bersama dengan motif lainnya, misalnya ceplokan sebagai selingan
motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif lainnya.24. Motif Batik Parang dan LerengBatik parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari pelarian keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti juga topo broto para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan untuk mendapatkan wahyu atau wangsit. Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai pereng atau lereng.
25. Motif Batik Mega Mendung
Pada bentuk mega mendung, bisa kita lihat garis lengkung dari bentuk
garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar
(membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan
bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam
kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun). Hal itu kemudian
berkembang keluar untuk mencari jati diri (belajar atau menjalani
kehidupan sosial agama). Pada akhirnya, membawa dirinya memasuki dunia
baru menuju ke dalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik
dan turun) dan pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Dengan
demikian, kita bisa lihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari
lengkungan kecil yang bergerak membesar keluar dan pada akhirnya harus
kembali lagi menjadi putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofis bahwa mega mendung melambangkan kehidupan
manusia secara utuh sehingga bentuknya harus menyatu, sisi produksi
memang mengharuskan bentuk garis lengkung mega mendung bertemu pada satu
titik lengkung berikutnya agar pewarnaan bisa lebih mudah.
26. Motif Batik Semen Rama
Semen berasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman. Pada
umumnya, ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah ornamen yang
berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan tumbuh-turnbuhan dan
binatang berkaki empat, udara digambarkan dengan awan (mega) dan
binatang terbang, serta air atau laut digambarkan dengan binatang air.
Sedangkan rama yang merupakan nama motif semen berasal dari nama
Ramawijaya. Dalam motif semen rama terdapat pesan atau nasihat
Ramawijaya saat penobatan Wibisana sebagai Raja Alengka dalam cerita
pewayangan. Nasihat tersebut termaktub di dalam asta brata (delapan
keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu: 1. Endabrata, yaitu pemberi
kemakmuran dan pelindung dunia. Dilambangkan dengan pohon hayat. 2.
Yamabrata, yaitu menghukum yang bersalah secara adil. Dilambangkan
dengan awan atau meru (gunung). 3. Suryabrata, yaitu watak matahari yang
bersifat tabah. Dilambangkan dengan garuda. 4. Sasibrata, yaitu watak
rembulan yang bersifat menggembirakan dan memberi hadiah kepada yang
berjasa. Dilambangkan dengan ornamen binatang. 5. Bayubrata, yaitu watak
luhur. Dilambangkan dengan ornamen burung. 6. Dhanababrata atau
kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi kesejahteraan pada bawahan.
Dilambangkan dengan ornamen bintang. 7. Pasabrata, yaitu berhati lapang
tetapi berbahaya bagi yang mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air.
8. Agnibrata, yaitu kesaktian untuk memberantas musuh. Dilambangkan
dengan ornamen lidah api.
27. Motif Batik Semen Ageng
Motif ini tersusun atas beberapa unsur, yaitu pohon hayat yang
menggambarkan pohon kehidupan, kemakmuran, keadilan, dan kekuasaan,
serta simbol kesuburan, burung yang merupakan simbol angin yang bermakna
berbudi luhur, serta garuda menggambarkan matahari yang bersifat jantan
bermakna kekuasaan dan kepemimpinan. Motif ini memiliki makna seorang
pemimpin yang bersifat baik dan berbudi luhur, adil, dan tabah dalam
menghadapi segala rintangan, mengayomi, dan melindungi rakyatnya serta
lingkungan alam sekitar. Motif ini biasanya digunakan oleh keturunan
raja sebagai dodot dan bebet keprajuritan pada saat menghadiri upacara
kebesaran keraton.
28. Motif Batik Abstrak
Ini adalah motif yang paling bebas. Motif ini menggabungkan berbagai
unsur dan warna. Penciptanya mengarahkan arti ini pada kehidupan yang
lain: hidup setelah mati, sehingga penggambarannya abstrak. Walaupun ada
beberapa motif tradisional yang menggambarkan kehidupan setelah mati,
misalnya motif burung huk, tetapi motif ini sering dianggap tidak
memiliki jiwa muda. Oleh karena itu, banyak pencipta desain batik yang
menggunakan motif abstrak yang lebih bebas dan ekspresif dalam
menggambarkan kehidupan setelah mati. Motif ini biasanya digunakan pada
lukisan dengan penggambaran yang bebas dan tidak menggunakan pakem batik
seperti pada umumnya. Sebenarnya masih banyak lagi makna-makna
filosofis di balik motif-motif batik lainnya, terlebih di masa kini
dengan adanya banyak modifikasi dan penambahan kreasi di setiap model
corak dan motif batik. Namun pada dasarnya motif-motif tersebut memiliki
makna-makna filosofis yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Motif
batik di Indonesia akan terus mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan industri. Ini merupakan hal yang sangat baik
karena akan mendorong masyarakat luas untuk lebih mencintai batik dan
mendukung setiap kegiatan untuk melestarikan batik.
29. Motif Buketan
Motif buketan ini adalah hasil karya wanita Belanda bernama Elyza Van Zuilen.
30. Motif batik yang dipakai Nyai Roro Kidul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar